Belakangan ini, tren skincare halal semakin populer, baik di Indonesia maupun dunia. Bukan cuma jadi pilihan utama bagi konsumen Muslim, produk halal juga dilirik karena dinilai lebih aman, bersih, dan transparan.
Logo halal di kemasan kini bukan sekadar tanda, tapi juga simbol kualitas sekaligus nilai etis yang membuatnya unggul di pasar kecantikan modern.
Namun, penting untuk diingat bahwa konsumen tetap perlu jeli membaca label dan komposisi produk. Mulai dari bahan baku, proses produksi, sampai distribusi harus terjamin sesuai standar.
Dengan memahami ingredient list, kita bisa memastikan produk bukan hanya halal, tapi juga cocok untuk kulit dan mendukung gaya hidup yang lebih sehat.
Mengapa Bahan Skincare Harus Halal?
Dalam ajaran Islam, aturan halal dan haram tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman, tetapi juga mencakup produk yang digunakan sehari-hari, termasuk kosmetik dan skincare.
Produk dikatakan halal jika bahan baku dan proses pembuatannya terbebas dari unsur najis seperti babi, darah, atau hewan yang tidak disembelih sesuai syariat.
Tak hanya itu, produk juga tidak menggunakan alkohol tertentu yang bersifat memabukkan. Prinsip ini bertujuan menjaga kesucian, kebersihan, dan keamanan dalam setiap aspek kehidupan seorang Muslim.
Dari sisi kesehatan kulit, memilih skincare halal juga memberi manfaat. Produk halal biasanya melalui proses produksi yang higienis, transparan, dan minim risiko kontaminasi bahan berbahaya.
Hal tersebut membantu mengurangi potensi iritasi, alergi, atau kerusakan kulit akibat zat kimia yang tidak sesuai. Sementara dari aspek religius, penggunaan skincare halal memberi ketenangan batin karena konsumen yakin produk yang dipakai sejalan dengan keyakinan dan nilai spiritual mereka.
Dengan begitu, kecantikan yang dirawat bukan hanya di permukaan, tetapi juga menyatu dengan nilai ibadah sehari-hari.
Daftar Bahan Skincare yang Harus Dihindari
(https://static.halalzilla.com/)
Dalam memilih skincare halal, konsumen perlu lebih teliti membaca label karena ada sejumlah bahan yang berpotensi tidak sesuai syariat Islam. Berikut beberapa di antaranya:
Alkohol Tertentu
Jenis seperti ethanol dari hasil fermentasi non-halal (misalnya dari anggur atau bir) tergolong haram karena bersifat memabukkan. Meski ada alkohol lain yang diperbolehkan, konsumen tetap harus memastikan sumbernya.
Babi dan Turunannya
Bahan seperti gelatin, kolagen, atau lard (lemak babi) sering digunakan dalam kosmetik sebagai pengental atau pelembap. Jika terbuat dari babi, bahan-bahan tersebut jelas diharamkan dalam Islam. Oleh sebab itu, pastikan sumbernya terlebih dahulu sebelum membeli.
Lemak Hewan Non-Halal
Contohnya tallow atau stearic acid yang berasal dari hewan tidak disembelih sesuai syariat. Jika sumbernya tidak jelas, statusnya bisa syubhat atau diragukan kehalalannya.
Gliserin Hewani
Gliserin bisa berasal dari nabati atau hewani. Jika berasal dari hewan non-halal, penggunaannya tidak diperbolehkan.
Karmine (Cochineal Extract)
Pewarna merah alami yang diperoleh dari serangga cochineal. Statusnya diperdebatkan, akan tetapi sebagian besar ulama menganggapnya tidak halal.
Placenta
Ekstrak dari jaringan plasenta hewan, bahkan ada yang menggunakan plasenta manusia. Dari sisi syariat maupun etika, bahan ini tergolong haram digunakan.
Bahan Syubhat Lain
Beberapa bahan tambahan seperti enzim, emulsifier, atau turunan hewan lain yang tidak jelas asal-usulnya. Untuk menghindari keraguan, konsumen dianjurkan memilih produk dengan sertifikasi halal resmi.
Cara Mengecek Kehalalan Skincare

(https://rixincosmetics.com/)
Meskipun semakin banyak produk yang sudah mencantumkan label halal, konsumen tetap perlu berhati-hati dalam memilih. Ada tiga langkah penting yang bisa dilakukan untuk memastikan skincare yang digunakan benar-benar sesuai standar halal:
1. Membaca Label INCI (International Nomenclature of Cosmetic Ingredients)
Label INCI adalah daftar resmi yang menampilkan komposisi bahan kosmetik dalam bahasa ilmiah. Walaupun terlihat rumit, membaca label ini menjadi langkah pertama untuk mengetahui sumber bahan.
Misalnya, jika tertulis glycerin, konsumen perlu meneliti apakah bahan tersebut berasal dari tumbuhan atau hewan. Begitu pula dengan stearic acid atau collagen, yang bisa berasal dari berbagai sumber. Membiasakan diri membaca label akan membantu kita lebih kritis sebelum membeli.
2. Memahami Istilah Kimia yang Sering Membingungkan
Banyak istilah dalam daftar bahan yang terdengar asing dan membingungkan. Contohnya:
- Alcohol: bisa berarti ethanol (jika dari fermentasi non-halal, haram) atau jenis lain seperti cetyl alcohol yang justru aman.
- Gelatin: hampir selalu berasal dari hewan, dan jika tidak disebutkan sumbernya, perlu dicurigai.
- Glycerin: bisa nabati atau hewani, sehingga statusnya bergantung pada sumber.
Dengan memahami istilah-istilah dasar ini, konsumen dapat menghindari bahan yang meragukan (syubhat). Ada baiknya juga mencari informasi tambahan dari sumber tepercaya atau aplikasi pencari bahan halal.
3. Mengandalkan Sertifikasi Halal
Langkah paling aman adalah memilih produk dengan sertifikasi halal dari lembaga resmi, seperti LPPOM MUI di Indonesia, JAKIM di Malaysia, atau lembaga halal internasional lain yang diakui.
Sertifikasi ini memastikan seluruh proses, mulai dari bahan baku, produksi, penyimpanan, hingga distribusi, telah diperiksa sesuai standar halal.
Logo halal pada kemasan juga mempermudah konsumen dalam mengambil keputusan tanpa harus menganalisis setiap bahan secara detail.
Alternatif Bahan Skincare Halal

(https://rixincosmetics.com/)
Banyak produsen skincare kini menghadirkan bahan pengganti yang halal dan aman, sehingga konsumen tetap bisa menikmati manfaat produk tanpa khawatir statusnya. Beberapa contoh alternatif bahan halal antara lain:
1. Alkohol dari Tebu atau Sumber Nabati
Tidak semua alkohol haram. Alkohol hasil fermentasi non-halal (misalnya dari anggur) memang dilarang, tetapi alkohol dari tebu, jagung, atau sumber nabati lainnya diperbolehkan selama tidak digunakan untuk diminum dan sesuai ketentuan syariat.
Dalam kosmetik, jenis alkohol ini biasanya berfungsi sebagai pelarut, pengawet, atau membantu tekstur produk menjadi lebih ringan.
2. Gliserin Nabati
Gliserin adalah bahan pelembap (humektan) yang populer. Jika berasal dari hewan non-halal, statusnya haram. Namun kini banyak produsen menggunakan gliserin nabati dari kelapa sawit, kedelai, atau bunga matahari.
Selain halal, gliserin nabati juga ramah lingkungan dan cocok untuk berbagai jenis kulit, termasuk kulit sensitif.
3. Pewarna Alami dari Tumbuhan
Sebagai pengganti pewarna hewani atau serangga (seperti karmin), produsen halal biasanya memakai pewarna alami dari sumber tumbuhan.
Contohnya, ekstrak kunyit untuk warna kuning, spirulina untuk hijau, atau bit untuk merah. Selain lebih aman, pewarna nabati ini juga memberikan nilai tambah karena kaya akan antioksidan dan lebih ramah bagi kulit.
Kesadaran memilih skincare halal bukan hanya soal kepatuhan pada syariat, tetapi juga tentang kesehatan, kebersihan, dan ketenangan hati.
Dengan tren global yang terus berkembang, produk halal kini semakin mudah diakses, baik dari brand lokal maupun internasional.
Hal ini menjadi peluang bagi konsumen untuk lebih bijak dalam merawat kulit tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritual dan etis. Yuk, jadikan perawatan kulit sebagai bagian dari gaya hidup halal yang memberi manfaat lahir dan batin.